Kamis, 02 Januari 2014

Generasi Al-Quran

Kisah 1
"Ketika saya kecil, ibu dan ayah saya mendidik saya dalam suasana Al-Qur'an sehingga hati saya amat terkesan dengan ayat-ayat al-Qur'an. Terutama ayat-ayat yang menganjurkan kita untuk menolak kezaliman dan pemerasan... Diantaranya adalah firman Allah dalam surah ash Syura ayat 39 yang bermaksud : "Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim, mereka membela diri." ketika ibu saya meninggal dan hati saya dirundung kesedihan, saya senantiasa merenung surah Al-Fajr, "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredhai-Nya. Maka masuklah ke dalam kelompok hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam syurga Ku".
     Inilah diantara coretan yang ditemui dalam salah satu lembaran diari kecil hingga kini tetap terpelihara. di atas lembar-lembar diari itu, tertulis petikan ayat-ayat Al-Qur'an. Begitulah sepintas kenangan manis masa kecil milik Alija Izzatbegovic. Sosok itu menhadapi badai permusuhan hebat yang menghempas agama dan bangsanya di Bosnia Herzegovina.

Kisah 2
"Ayahku menyimpan cita-cita agar Allah memberinya, rezeki seorang anak yang mempunyai suara dan bacaan Al-Qur'an yang indah. Ternyata, puteranya, tak ditakdirkan memiliki suara yang merdu. Puteranya ini sekedar menjadi seseorang yang suka menyimak bacaan Al-Qur'an. Ayahku sering mengundang para qurra' untuk tilawah Al-Qur'an di rumah kami. berawal dari detik itu, sedikit demi sdikit, kesenangan dan rasa suka cita itu tumbuh subur dan mengakar dalam jiwaku. bila terdengar Al-Qur'an dibaca, aku yang masih kecil terdiam dan menyimaknya dengan penuh perhatian. Berkembanglah keterpautan jiwaku dengan Al-Qur'an. dan kelak, aku memang sekali lagi tak menjadi qoriul Qur'an.."

Namun putera ini termasuk segelintir para tokoh pemikir islam yang memiliki saham besar dalam arus kebnagkitan islam di zaman kini. Sayyid Qutb nama yang tidak asing dalam dunia islam. Beliau bukan qari'ul Qur'an namun beliaulah pengarang kitab Tafsir Al-Qur'an - Fi Dzilalil Qur'an.

Kunci Kemenangan
Al-Qur'an terbukti menjadi kunci kemenangan dan 'izzah kaum muslimin. Suatu ketika dahulu tatkala dalam dada umat tertanam kedekatan serta pemahaman yang dalam terhadap Al-Qur'an, mampu mengorbarkan semangat dan melahirkan kekuatan yang sangat besar. Dalam beberapa peperangan, banyak kisah sahabat yang berjaya meraih kemenangan melalui bacaan Al-Quran. Dalam perang Qadasiyah contohnya, umar ra memerintahkan Sa'ad bin Abi Waqash ra untuk membaca dan memperdalam kandungan ayat dalam surah Al-Anfal dikalangan pasukannya. Lalu terjadilah perubahan dahsyat dalam jiwa pasukan Islam. Mereka bangkit setelah hampir tewas dan kehilangan semangat hingga mampu meraih kemenangan. (Hayatu shahabah 4, hal 556).

Malah keistimewaan orang yang membaca dan mempelajari Al-Qur'an diumpamakan oleh Rasulullah, ibarat suatu bejana yang penuh berisi minyak wangi yang baunya selalu semerbak dimana-mana (Riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi, Abu Daud). Pribadi Al-Qur'an bagai sebuah mercu obor yang memancarkan cahaya dan memberi terang di malam gelap kepada umat manusia.

Maka tidak ada yang lebih baik kecuali berusaha mengenalkan seseorang pada Al-Qur'an sejak dini. Kisah Alija dan Sayyid Quthb semasa kecil diatas, boleh dijadikan ibrah bahwa pendidikan Al-Qur'an sejak kecil, sebagai tonggak utama terbentuknya mental dan kepribadian anak yang sehat dan diredhai Allah SWT. Dalam petikan kisah diatas juga ternyata menunjukkan kesan yang lahir dari kedekatan seseorang dengan Al-Qur'an. Alija yang terlatih dengan ayat-ayat Allah contohnya senantiasa menghubungkan garis peristiwa hidupnya dengan ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur'an. Sayyid Quthb pula yang sejak kecil memiliki rasa hormat yang demikian agung dalam hatinya kepada Al-Qur'an, sehingga di akhir hayatnya, beliau dapat dengan tenang menyongsong syahadah di tiang gantung demi membela aqidahnya.

Oleh karena itu, sudah sewajarnya seoarang anak, sejak kecil diusahakan untuk memiliki ikata-ikatan rohani melalui gema Al-Qur'an. Sehingga jiwanya memiliki kejernihan, cahaya, keimanan dan keikhlasan. Menjadi tanggung jawab kedua ibu bapaknya untuk membuka mata anak sejak kecil untuk mengetahui prinsip baik dan buruk, masalah halal dan haram, benar dan salah, dosa dan pahala sebagaimana yang ditetapkan oleh Al-Quran. Rasulullah SAW bersabda : "Suruhlah anak-anakmu mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya..." (Riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir)