Rabu, 30 Oktober 2019

Logam Berat Pada Bahan Makanan

Bahan makanan mengandung logam berat sebagai akibat dari pencemaran secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan pestisida secara berlebihan merupakan contoh pencemaran logam berat secara langsung pada makanan. Jika tanaman ditanam pada tanah yang mengandung logam berat, atau dialiri air yang tercemar logam berat, maka keberadaaan logam berat didalam tanaman terjadi secara tidak langsung. 

Penggunaan pestisida dan pupuk secara berlebijan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran logam berat Cu pada makanan. Logam berat lain yang sering terakumulasi pada tanaman adalah Pb. Cd, Cu, dan Zn. 

Beras yang ditanam di sawah dengan irigasi air limbah penambangan emas tradisional disekitas Pongkir Kabupaten Bogor mengandung Hg dalam jumlah 0,25 - 0,45 ppm. Dilaporkan pula bahwa makanan kaleng mengandung Pb dalam jumlah 50-100 mikrogram/kg, jeroan (hati dan ginjal) mengandung Pb sekitar 170 mikrogram/kg, serta kerang-kerangan dan udang-udangan sekitar 250 mikrogram/kg.

Sayuran yang ditanam dipinggir atau dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara mengandung logam berat dalam jumlah tinggi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb dalam sayuran tersebut cukup tinggi, yaitu sekitar 28,78 ppm. Nilai ini berada jauh diatas ambang batas aman yang diizinkan Depkes RI Tahun 1989, yaitu 2 ppm.

Penelitian lain yang dilakukan Ayu (2002) memperlihatkan bahwa kangkung dan bayam yang dijual dipasar-pasar wilayah Bogor mengandung Pb antara < 0,01 - 3,12 ppm pada kangkung dan < 0,01 - 3,38 ppm pada Bayam. Dinyatakan bahwa jalur distribusi dan cara pengangkutan sangat berpengaruh terhadap bertambahnya kadar Pb karena adanya tambahan cemaran Pb dari emisi gas buangan kendaraan bermotor selama proses distribusi.

Sayuran air termasuk pada tanaman yang mudah tumbuh pada lingkungan tercemar. Akibatnya, apabila terjadi pencemaran logam berat pada lingkungan, maka logam berat tersebut akan diserap melalui akar dan stomata daun dan selanjutnya terserap ke dalam jaringan tanaman. Jika tanaman tersebut dimakan oleh makhluk hidup lain, termasuk manusia, maka terjadilah proses penumpukan atau biomagnifikasi melalui siklus rantai makanan. Logam berat yang terakumulasi di dalam jaringan tubuh akan menimbulkan keracunan bagi hewan atau manusia jika telah melewati ambang batas toleransi.

Bangun (2005) telah meneliti kandungan Pb dan Cd pada tubuh ikan sokang yang diperoleh dari Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Hasil penelitiannya menemukan kadar Pb dalam daging ikan sokang adalah sekita 3,2144 - 5,1653 ppm dan kadar Cd antara 0,0023 - 0,2368 ppm. Dari data ini dapat dilihat bahwa kadar Pb yang ada dalam daging ikan sokang telah melampaui batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan menurut Badan POM, sehingga ikan tersebut sudah tidak aman untuk dikonsumsi. Jika dikonsumsi dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi dan mengganggu kesehatan manusia, bahkan menyebabkan kematian.




Adanya logam berat dalam tubuh ikan terjadi karena proses difusi melalui permukaan kulit, masuk melalui insang, dan melalui rantai makanan. Jumlah atau akumulasi logam berat dalam jaringan juga sangat dipengaruhi oleh jenis logam dan spesies. Logam berat yang teradsorpsi langsung melalui air akan terakumulasi dan menyebabkan ikan serta organisme air lainnya akan tercemar logam berat.

Sumber: Alsuhendra dan Ridawati. 2013. Bahan Toksik dalam Makanan. Penerbit Rosdakarya. Bandung   

Sabtu, 26 Oktober 2019

Apa MSDS (Material Safety Data Sheet) itu? dan Informasi Apa Saja Yang Ada di Dalamnya? (Bagian 2)




Bagian 9 (Section 9)
Bagian 9 berisikan informasi mengenai sifa-sifat fisik dan kimia dari bahan kimia. Sifat-sifat ini meliputi wujud bahan dalam temperatur kamar, penampakan fisik, bau, pH, tekanan uap pada temperatur kamar, kekentalan, titik leleh, suhu dekomposisi, kelarutan, massa molekul relatif, dan rumus molekul.

Bagian 10 (Section 10)
Bagian 10 berisikan informasi mengenai stabilitas dan reaktivitas bahan kimia. Kondisi-kondisi agar bahan stabil, dan kondisi-kondisi yang harus dihindari, serta bahan-bahan lain yang tidak boleh bercampur dengannya.

Bagian 11 (Section 11)
Bagian 11 berisikan informasi mengenai toksikologi. Informasi mengenai apakah bahan kimia ini bersifat karsinogen (memicu pertumbuhan sel-sel kanker), epidemi, mutagenik, dan lain-lain.

Bagian 12 (Section 12)
Bagian 12 berisikan informasi mengenai efek bahan kimia terhadap lingkungan. Informasi meliputi toksisitas terhadap lingkungan, daya penguapan, pencucian, dan degradasi oleh makhluk hidup yang lain.

Bagian 13 (Section 13)
Bagian 13 berisikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembuangan. Pada umumnya informasi yang diberikan tidak cukup rinci.

Bagian 14 (Section 14)
Bagian 14 berisikan informasi mengenai transpor informasi, yaitu nomor pengiriman, klasifikasi bahaya, klasifikasi tata cara pengepakan, dan lain-lain.

Bagian 15 (Section 15)
Bagian 15 berisikan informasi mengenai regulasi. Berisikan juga kode bahaya yang mengindikasikan, bahaya prinsip berkaitan dengan bahan kimia, dan penyebab bahaya ketika bekerja dengan bahan tersebut.

Bagian 16 (Section 16)
Bagian 16 berisikan informasi tambahan, seperti tanggal penerbitan MSDS, nomor revisi dokumen, tanggal revisi, daftar referensi, dan informasi lain yang bermanfaat.


Sumber: Khamidinal. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Jumat, 25 Oktober 2019

Agent Pengkhelat/ Chelating agent

Agen pengkhelat adalah senyawa kimia yang strukturnya memungkinkan pemasangan dua atau lebih atom donor (atau situs) ke ion logam yang sama secara bersamaan dan menghasilkan satu atau lebih cincin. Moleku-molekul ini juga disebut chelates atau kelompok chelating, dan pembentukan cincin disebut chelation. Kompleks logam ini memiliki kemampuan untuk menyelesaikan ke dalam bentuk aktif optik (R dan L).

Proses chelation tergantung pada sifat-sifat logam dan agen chelating, seperti diameter ion, ukuran cincin dan deformabilitas, serta kekerasan atau kelunakan donor elektron dan akseptor (Flora et al, 2015).

Sebagian besar logam yang ditemui umumnya bereaksi dengan ligan O-, S-, dan N karena mereka mengandung pasangan elektron mandiri. Mekanisme sederhana proses khelasi oleh chelating agent dapat diamati pada Gambar 1 berikut:




                                Gambar 1. Mekanisme pembentukan kompoleks khelat oleh chelating agent

Stabilitas kompleks logam berbeda dengan pola pembentukan kompleks dan perbedaan stabilitas menjadi lebih relevan dalam larutan yang semakin encer dalam sistem biologis seperti serum atau jaringan. Toksokinetik dan toxicodinamik dari logam dan agen chelating merupakan bagian integral dari terapi khelasi yang efektif disamping kriteria berikut yang juga harus dipenuhi:
1. Afinitas tinggi untuk logam beracun
2. Afinitas rendah untuk logam penting
3. Toksisitas minimal
4. Kelarutan lemak
5. Daya serap yang baik dari saluran pencernaan.

Apa MSDS (Material Safety Data Sheet) Itu? dan Informasi Apa Saja Yang Ada Di Dalamnya?

MSDS (Material Safety Data Sheet) merupakan lembaran yang ditujukan untuk membantu mengenali akan potensi bahaya yang mungkin timbul terhadap penggunaan bahan kimia. MSDS berisikan sifa-sifat fisik dan kimia dari bahan seperti titik leleh, titik didih, reaktifitas dan lain-lain. Disamping itu MSDS berisi juga tata cara dalam menangani jika sewaktu-waktu terjadi kecelakaan dalam keadaan darurat. Untuk mendapatkan gambaran umum seperti apakah bentuk dokumen MSDS itu, anda dapat mengklik link berikut yang akan menampilkan MSDS dari Hidrogen Peroksida (H2O2) sebagai contohnya. http://jmi.co.id/wp-content/uploads/2018/07/MSDS-H2O2-.pdf




Perlu diketahui lembaran MSDS terdiri dari 16 bagian (section), yaitu:
Bagian 1 (Section 1)
Bagian ini berisikan informasi mengenai nama produk, nomor katalog, nama kimia, asal pabrik, dan nomor telepon keadaan darurat yang dapat dihubungi.

Bagian 2 (Section 2)
Bagian 2 berisikan informasi mengenai nama kimia, kadar kandungan senyawa, simbol bahaya, dan golongan resiko.

Bagian 3 (Section 3)
Bagian 3 berisikan informasi mengenai penampakan secara fisik, potensi bahaya terbesar yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia. Organ-organ yang dapat terkena resiko dan jenis bahaya yang ditimbulkannjuga dijelaskan pada bagian ini.

Bagian 4 (Section 4)
Bagian 4 berisikan informasi mengenai tindakan pertama yang harus dilakukan apabila menjumpai keadaan bahaya seperti ini. Contoh:
Mata: jika mata terkena bahan kimia ini, maka segera periksa dan lepaskan lensa kontak, segera basuh dengan air selama paling sedikit 15 menit, air dingin dapat digunakan, segera dapatkan penanganan medis.

Bagian 5 (Section 5)
Bagian 5 berisikan informasi mengenai alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan bahan kimia ini. Misalnya bahan kimia kering (dry chemical), karbondioksida padat, atau busa (foam).

Bagian 6 (Section 6)
Bagian 6 berisikan informasi mengenai tata cara atau prosedur yang harus diikuti untuk menghindarkan bahan kimia setelah terjadi kecelakaan, meliputi pembersihan dari tumpahan, peralatan keselamatan kerja yang harus dikenakan oleh petugas, dan lain-lain.

Bagian 7 (Section 7)
Bagian 7 berisikan informasi mengenai prosedur penyimpanan dan penanganan. Informasi ini sangat penting berkaitan dengan setiap saat petugas berinteraksi dengan bahan kimia ini. Informasi meliputi apakah bahan kimia ini mudah terbakar, resiko meledak, resiko membentuk senyawa peroksida, dan lain-lain.

Bagian 8 (Section 8)
Bagian 8 memberikan informasi megenai peraturan standar ambang batas maksimum di Lingkungan serta peralatan khusus yang digunakan oleh seseorang yang bekerja dengan bahan kimia tersebut.

Penjelasan tentang section selanjutnya akan ditulis dipostingan berikutnya ya... Terima Kasih, Barakallah fiikum 😊


Sabtu, 31 Agustus 2019

LANGKAH-LANGKAH MENGETAHUI/ MENDAPATKAN SCOPUS ID

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu'alaikum wr. wb

Memiliki SCOPUS ID merupakan hal yang "membanggakan" bagi kalangan dosen dan/atau peneliti di Indonesia. Kenapa? karena Scopus id ini dapat menentukan rangking seorang dosen sebagai peneliti di SINTA (Science and Technology Index) Kementerian RisΓ©t, Teknologi dan Perguruan Tinggi. Selain itu, Scopus Id juga menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah melakukan publikasi di Jurnal terindeks Scopus. Banyak yang mengira kalau SCOPUS ID itu diperoleh dengan cara mendaftar terlebih dahulu seperti halnya membuat akun di Google Scholar. Namun ini berbeda, SCOPUS ID tidak dapat anda peroleh dengan mendaftar seperti itu, melainkan akan diberikan secara otomatis oleh Scopus jika sudah memiliki artikel baik jurnal atau hasil seminar yang sudah terindeks di Scopus.




Nah jika bapak/ibu merasa pernah menerbitkan tulisan di jurnal terindeks Scopus atau pernah memiliki artikel hasil seminar (prosiding) terindeks Scopus namun belum mengetahui Scopus Id nya, maka untuk mengetahui/ mendapatkan Scopus Id nya dapat mengikuti langkah-langkah berikut.

Langkah-langkah mengetahui/ mendapatkan Scopus Id

  • Buka laman Scopus di www.scopus.com
  • Klik author search
  • Isilah kolom nama dan afiliasi anda. Jika artikel anda adalah pemula sebaiknya kosongkan saja kolom afiliasi karena ada kemungkinannya gabung dengan author lain. Selain itu, kadang juga pengaruh nama institusi yang dibahasa inggriskan, sedangkan nama institusi yang anda ketikkan tidak dalam bahasa inggris. sehingga nama anda tidak dapat ditemukan.
  • Setelah anda klik tombol Search maka nama anda akan tampil disitu. Lalu untuk mengetahui Scopus Id, anda dapat mengarahkan pointer mouse anda ke jumlah artikel yang menunjukkan angka 1 (artinya anda sudah memiliki 1 buah artikel yang terindeks di Scopus).
  • Klik kanan angka 1 tersebut, lalu copy.
  • Setelah itu, buka MS Word atau Notepad untuk mempatekan link yang anda copy tadi.
  • Disitulah anda dapat menemukan Scopus Id anda. Scopus Id anda berupa angka-angka yang berada dibagian akhir laman tersebut (angka merah yang disorot kuning).



Selamat mencoba.. 

Minggu, 10 Februari 2019

Asap Cair Tongkol Jagung (Aplikasinya sebagai Chelating Agents Logam Pb) --- BOOK

Assalamu'alaikum wr.wb
Apa kabar teman's? 😊 Lama tak bersua.. Alhamdulillah masih diberi kesempatan berbagi via blog ini. 😁
Kali ini, saya akan membagikan informasi salah satu buku terbaru kami dengan Judul "Asap Cair Tongkol Jagung (Aplikasinya sebagai chelating agents logam Pb)". Buku ini merupakan salah satu buku yang dihasilkan dari luaran penelitian kami. Penasaran seperti apa isinya? Yuk mari disimak ringkasannya sebagai berikut, Cekidot... 
Salah satu cemaran yang berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat, diantaranya adalah timbal. Widowati dkk., (2008); Gorme dkk., (2010); Yu dkk., (2012); dan Ping dkk., (2013) menjelaskan bahwa Pencemaran logam berat pada lahan pertanian dapat mengurangi produktivitas tanaman dan keamanan pangan. 
Lahan pertanian yang tercemar oleh logam berat timbal akan menghasilkan produk tanaman pangan yang tercemar pula. Priyadi dkk., (2013) melaporkan kadar cemaran logam Pb pada kedelai adalah 0,48 ppm, sedangkan Andriyanto (2012) dalam penelitiannya melaporkan kedelai mengandung logam berat Pb sebesar 0,63 ppm. Standar Nasional Indonesia (SNI 7387, Tahun 2009) menunjukkan bahwa batas cemaran logam berat Pb pada biji kedelai maksimum 0,50 ppm. Beberapa metode untuk menurunkan kadar cemaran logam berat telah dilaporkan, salah satunya adalah metode chelasi yaitu dengan menambahkan senyawa pengkhelat untuk mengikat logam berat sehingga terbentuk senyawa kompleks antara logam berat dengan senyawa pengkhelat (Basset, 1991).

Buku ini membahas panjang lebar tentang: Biomassa jagung (jagung, jenis jagung, biomassa jagung, tongkol jagung dan komponen serat tongkol jagung); Pembuatan dan pemurnian asap cair (pirolisis, pemurnian asap cair, dan komponen kimia asap cair tongkol jagung); serta Penurunan kadar Pb pada biji kedelai (Logam berat timbal (Pb), akumulasi logam Pb pada biji kedelai, chelating agents, kompleksasi logam berat, perubahan kimia asap cair tongkol jagung setelah proses khelasi). 

Demikian dari kami, jika penasaran atau perlu dengan informasi di dalamnya, silahkan komentar dibawah. Terima Kasih..
Assalamu'alaikum wr. wb πŸ˜‰